Total Pageviews

Popular Posts

Kereta api ekonomi adalah kelas kereta penumpang dibawah kelas bisnis. Sama halnya dengan kereta kelas bisnis, kereta ini tidak dilengkapi dengan Air Conditioner (AC). Satu gerbong kereta penumpang ekonomi berkapasitas 106 orang. Kereta ini menjadi idaman para penumpang pasa saat hari raya ataupun hari libur. Walapupun dalam setiap perjalanan, kereta ini harus berhenti untuk mengalah dengan kereta api kelas atasnya. Harga tiket kereta kelas ekonomi pun sangat terjangkau.
Format penomoran untuk kereta kelas ekonomi yaitu K3 - xx (tahun pembuatan) x (jenis bogie) xx (nomor urut). Misalnya : K3 07525 artinya gerbong kelas 3 (ekonomi) yang mulai dinas tahun 2007 dengan jenis bogie '5' urutan ke 25 ditambah abjad yang artinya kereta itu milik dipo tersebut. Misalnya K3 07525 SMC, artinya kereta itu milik dipo Semarang Poncol.

Pada tanggal 21 Mei 1997 dioperasikan pertama kalinya KA Sancaka untuk pemerjalan koridor Yogyakarta – Surabaya. Perjalanan sejauh 311 Km dari Yogyakarta – Surabaya ditempuh dalam waktu kurang dari 5 jam.

 
  




Rangkaian KA Sancaka memiliki kapasitas sebanyak 496 tempat duduk dan menawarkan layanan untuk pemerjalan kelas eksekutif dan bisnis. Sancaka diambil dari nama seekor ular naga sakti yang siap melindungi.


Guna memenuhi permintaan pelanggan sejak tanggal 1 Desember 2002 diluncurkan KA Sancaka II yang menawarkan alternative perjalanan pada pagi hari dari Yogyakarta – Surabaya dan sore atau malam hari dari arah sebaliknya (berkebalikan dengan perjalanan yang ditawarkan oleh Sancaka I.

Peluncuran perdana KA Argo Jati dilaksanakan pada tanggal 12 April 2007 yang merupakan hasil improvisasi/peningkatan dari KA Cirebon Ekspress Utama Yang diresmikan tanggal 13 mei 2005, sebagai cikal bakalnya KA Argo Jati.
Peluncuran perdana KA Argo Jati dilaksanakan pada tanggal 12 April 2007 yang merupakan hasil improvisasi/peningkatan dari KA Cirebon Ekspress Utama Yang diresmikan tanggal 13 mei 2005, sebagai cikal bakalnya KA Argo Jati.
 
   
Animo masyarakat kota Cirebon dan sekitarnya terhadap layanan kereta api kelas eksekutif yang semakin meningkat, sehingga PT Kereta Api berupaya Meningkatkan Layanan Koridor Cirebon – Jakarta dengan Kereta Api Sekelas Argo

Dengan pola operasi 2 kali pp diawali pemberangkatan awal dari Cirebon di pagi hari kembali dan berangkat  lagi ke Jakarta pada siang harinya. Rangkaian KA argo jati sebanyak 8 kereta kelas eksekutif mempunhyai kapasitas angkutan untuk 400 penumpang.

Sindoro  adalah nama gunung dengan ketinggian 3.150 m dpl, yang terletak dibatas kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur dari wonosobo. Gunung bertipr strato ini juga dikenal dengan sebutan sindoro atau sendoro, mempunyai beberapa kawah diantaranya kawah puncak : segoro wedi, segoro banjaran, kawah utara dan selatan.


 
 
Perjalanan sejauh 445 km ditempuh dalam waktu 5 jam 30 menit dan hanya berhenti di stasiun tegal dan pekalongan.

Layanan kereta api yang memiliki kapasitas 350 tempat duduk ini terdiri dari 7 rangkaian kereta kelas eksekutif. Untuk perjalanan yang dilakukan pada siang hari, penumpang dapat menikmati indahnya panorama dipesisir pantai utara khususnya antara pekalongan dan semarang.

KA Argo Wilis dioperasikan pertama kalinya pada tanggal 8 November 1998. Perjalanan sejauh 699 km ditempuh dalam waktu 11 jam dan selama dalam perjalanan hanya berhenti di Stasiun Tasikmalaya, Kutoarho, Yogyakarata, Solo Balapan dan Madiun. Kereta api ini merupakan salah satu layanan eksekutif unggulan yang menghubungkan antara Kota Bandung dengan Kota Surabaya.

 
  




Kata Argo digunakan sebagai brand image layanan kereta api eksekutif. Kata Wilis diambil dari nama Gunung Wilis yang memiliki ketinggian 2.169 m dari permukaan laut dan merupakan tataran pegunungan yang panjang dengan puncak tertingginya berada di kawasan Bajulan Nganjuk, Jawa Timur.


KA Argo Wilis dengan kapasitas angkut 200 seat (4 rangkaian kereta kelas eksekutif) menawarkan alternative perjalanan pada siang hari yang memungkinkan pemerjalan menikmati indahnya panorama pegunungan di Bumi Parahyangan, Banyumas, Kali Serayu dan Kali Progo.


Selama ini Argo Wilis sering dipakai sebagai moda transportasi penghubung dari Bandung ke obyek wisata yang ada di Pulau Bali dan sebaliknya. Setibanya di Surabaya biasanya penumpang transit di VIP Room Stasiun Surabaya Gubeng untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Banyuwangi dengan KA Mutiara Timur Malam dan sampai di Banyuwangi pada pagi hari. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan bus PT.Kereta Api (Persero) menuju Denpasar Bali. Demikian juga sebaliknya, berangkat dari Banyuwangi dengan menggunakan KA Mutiara Timur Malam untuk sampai di Surabaya Gubeng, kemudian transit di VIP Room Stasiun Surabaya Gubeng dan meneruskan perjalanan menuju Madiun, Solo, Yogyakarta, Kutoarjo, Tasikmalaya ataupun Bandung dengan menggunakan KA Argo Wilis.


Jika ingin berwisata dalam satu paket dari Bandung ke Yogyakarta, Solo, Surabaya ataupun Denpasar begitu juga sebaliknya, disarankan untuk menggunakan KA Argo Wilis

Pertama kali diresmikan oleh Mentri Perhubungan RI pada tanggal 21 April 1998 menggunakan nama KA Dwipangga. Akan tetapi seiring dengan tuntutan pelanggan yang menginginkan penambahan KA Argo koridor Jakarta-Solo, maka KA Dwipangga sengaja di re-design untuk layanan sekelas KA Argo sehingga brand-nya pun diganti menjadi KA Argo Dwipangga pada tanggal 5 Oktober 1998.

 
 



Kata Argo digunakan sebagai brand image layanan kereta api eksekutif dan penamaan Dwipangga memang sengaja dibedakan dengan argo lainnya yang lazim menggunakan nama gunung mengingat nama Dwipangga dirasakan sudah sangat melekat di benak pelanggan. Kata Dwipangga diambil dari sebutan kendaraan Dewa Indra berupa gajah yang setia dan mampu melindungi pengendaranya dalam segala cuaca, sehingga menumbuhkan kebanggaan dan prestise bagi penumpangnya.


Perjalanan sejauh 576 km ditempuh dalam waktu sekitar 8 jam dan hanya berhenti di Stasiun Purwokerto dan Yogyakarta.


Argo Dwipangga dengan kapasitas 400 seat dan membawa 8 rangkaian kereta kelas eksekutif menawarkan alternative perjalanan pada siang hari dari Stasiun Gambir ke Solo Balapan dan perjalanan pada malam hari dari arah sebaliknya (berkebalikan dengan alternative perjalanan yang ditawarkan oleh KA Argo Lawu) .

Argo Bromo Anggrek adalah nama kereta api yang dioperasikan oleh PT Kereta Api di Jawa dengan jurusan Jakarta (Gambir) - Surabaya (Pasarturi) melewati jalur utara.
Kereta api ini mulai dioperasikan pada tanggal 24 September 1997. Produk ini merupakan pengembangan (merek derivatif) dari KA Argo Bromo Anggrek JS-950 yang diresmikan pertama kali perjalanannya oleh Presiden RI pada tanggal 31 Juli 1995 menandai Hari Teknologi Nasional, 12 Agustus 1995.
Nama Bromo diambil dari nama salah satu gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Panorama wisata Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.392 m ini selain menyimpan makna ritual kultural dan religius juga menyajikan keindahan kawah dan keasrian alam lingkungannya yang membuat kawasan Gunung Bromo menjadi sangat terkenal dan menjadi salah satu tujuan wisata utama turis domestik maupun mancanegara. Sebutan Anggrek digunakan untuk menandai adanya derivatif merek dari produk sebelumnya, sehingga warna eksterior kereta tersebut disesuaikan dengan panduan warna setangkai bunga anggrek.
Perjalanan Gambir - Surabaya Pasarturi sejauh 725 km melalui lintas Utara ditempuh dalam waktu 9 jam. KA Argo Bromo Anggrek dengan kapasitas 400 kursi terdiri atas 8 rangkaian kereta kelas eksekutif dan dalam perjalanannya hanya berhenti di Stasiun Pekalongan dan Semarang Tawang.
KA Argo Bromo Anggrek menyediakan saranan hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video show (Show On Rail). Selain saranan hiburan penumpang dapat juga memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi.

Argo Bromo Anggrek adalah nama kereta api yang dioperasikan oleh PT Kereta Api di Jawa dengan jurusan Jakarta (Gambir) - Surabaya (Pasarturi) melewati jalur utara.
Kereta api ini mulai dioperasikan pada tanggal 24 September 1997. Produk ini merupakan pengembangan (merek derivatif) dari KA Argo Bromo Anggrek JS-950 yang diresmikan pertama kali perjalanannya oleh Presiden RI pada tanggal 31 Juli 1995 menandai Hari Teknologi Nasional, 12 Agustus 1995.
Nama Bromo diambil dari nama salah satu gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Panorama wisata Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.392 m ini selain menyimpan makna ritual kultural dan religius juga menyajikan keindahan kawah dan keasrian alam lingkungannya yang membuat kawasan Gunung Bromo menjadi sangat terkenal dan menjadi salah satu tujuan wisata utama turis domestik maupun mancanegara. Sebutan Anggrek digunakan untuk menandai adanya derivatif merek dari produk sebelumnya, sehingga warna eksterior kereta tersebut disesuaikan dengan panduan warna setangkai bunga anggrek.
Perjalanan Gambir - Surabaya Pasarturi sejauh 725 km melalui lintas Utara ditempuh dalam waktu 9 jam. KA Argo Bromo Anggrek dengan kapasitas 400 kursi terdiri atas 8 rangkaian kereta kelas eksekutif dan dalam perjalanannya hanya berhenti di Stasiun Pekalongan dan Semarang Tawang.


KA Argo Bromo Anggrek menyediakan saranan hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video show (Show On Rail). Selain saranan hiburan penumpang dapat juga memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi.

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.



Kereta listrik pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada